MURUNG RAYA – Kemeriahan Festival Budaya Isen Mulang (FBIM) tahun 2024 di Palangka Raya hingga kini masih dirasakan oleh pemerintah dan masyarakat Kabupaten Murung Raya (Mura). Pasalnya, dalam festival budaya tahunan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) ini, Kabupaten Mura cukup menorehkan banyak prestasi.
Salah satunya lomba perahu hias kategori kabupaten/kota untuk juara I berhasil diraih oleh Kabupaten Murung Raya. Sekitar kurang lebih 22 perahu hias yang mengikuti lomba tersebut yang berlangsung di Sungai Kahayan. Koordinator tim Perahu Hias Kabupaten Murung Raya Idontori menyampaikan Kabupaten Murung Raya mengusung tema “Johi Kuta Lowu Korong Pinang”. Ini sebagai tematik artistik dalam lomba perahu hias tersebut.
Johi dalam bahasa Dayak Siang merupakan pilar penyangga utama yang terbuat dari kayu ulin, gunanya untuk menjaga ketahanan pilar agar tetap berdiri tegak dan kokoh sepanjang masa. Dengan begitu, dalam proses pengambilan atau penggunaan kayu ulin dari Alam pun tidak lah sepele bagi suku Dayak Siang.
“Sebelum pemotongan atau pengambilan kayu ulin, dilakukannya prosesi ritual sesuai dengan nilai-nilai ritus tradisi yang cukup kuat seperti, nawui bojah sebagai bentuk ungkapan doa dan izin kepada Leluhur, lingkungan, dan Alam Semesta Raya yang telah menyediakan sumber daya alamnya, agar bermanfaat, salah satunya, digunakan sebagai johi,” katanya, Selasa 28 Mei 2024.
Sedangkan Kuta Lowu Korong Pinang, kata Indontori adalah mandala identitas sekaligus sebagai pagar pertahanan yang memiliki kedigdayaan leluhur suku Dayak Siang. Oleh sebab itu, tim kesenian perahu hias dari Kabupaten Murung Raya menginterpretasi makna dari Johi tersebut sebagai Johi Integritas dan Kuta Lowu Korong Pinang sebagai mandala identitas yang merujuk pada keberlangsungan perilaku terhadap lingkungan, alam, serta mencerminkan komitmen yang teguh terhadap nilai-nilai ritus tradisi leluhur Suku Dayak Siang.
“Dalam perangkaian karya pada bentuk perahu hiasanya, beranjak dari historis lokal, yakni Lobata Daring, yang hingga saat ini masih dipercayai oleh Suku Dayak Siang. Menurut kepercayaan Dayak Siang, Lobata Daring adalah seekor Naga besar yang pada mulanya bermukim di Lowu Tujang, Kabupaten Murung Raya. Lebih sering dikenal sebagai sebutan Kali Lobata. Kali dalam bahasa Dayak Siang berarti digali/dikeruk oleh Naga,” kata Idontori.
Maka dapat disimpulkan bahwa Kali Lobata adalah sebuah tempat/lokasi yang dibentuk oleh Naga tersebut. Dengan begitu dalam konteks spiritual maupun histioris realitas. Naga ini dipercaya memiliki hubungan yang begitu dekat dengan manusia, dalam kepercayaan Suku Dayak Siang sendiri disebut sebagai sahabat (Gaduhan).
“Melalui karya seni ini diharapkan mampu memberikan kontribusi visual bagi audience yang memiliki rasa keingintahuan lebih tentang tradisi lokal Kalimantan Tengah, serta menumbuhkan kesadaran atau rasa cinta yang luar biasa terhadap Alam, Lingkungan dan Seni Budaya para leluhur,” pungkasnya.
(ca/ikalteng.com)